Pertemuan Orientasi Survei Serologi Frambusia dan POPM Frambusia Tingkat Kabupaten Yahukimo Tahun 2018



Apa itu Frambusia ??
Frambusia atau sering disebut dengan patek atau puru adalah kelainan kulit akibat infeksi pada daerah tropis yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum pertenue. Frambusia menyebar melalui kontak langsung dengan cairan dari luka orang yang terinfeksi
Gejala Klinis Terdiri dari 3 stadium :
Stadium 1
Predileksi : tungkai kaki bawah yang terdapat trauma
Lesi kulit : papul eritematosa yang besar (disebut frambesioma) dalam 3-6 minggu papul akan berkembang menjadi ulkus dengan dasar papilomatosa dan krusta kinging kehijauan
Dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening dengan konsistensi keras dan tidak nyeri
Fasi ini bertahan selama beberapa bulan dan sembuh sendiri dengan meninggalkan sikatriks
Stadium 2
Lesi kulit (tersebar generalisata) : papul –papul berkelompok dengan ukuran milier sampai lentikular tersusun korimbiformis, arsinar, atau nummular. Lesi ini akan menjadi basah dan membentuk krusta stadium ini sangat infeksius.  Pada terlapak kaki terjadi keratoderma (dry carb yaws) sehingga pasien berjalan seperti kepiting karena nyeri. Tulang panjang pada ekstremitas juga dapat terserang.
Stadium 3
Pada stadium ini terjadi destruksi pada kulit tulang dan persendian. Kelainan yang ditemukan berupa:
Nodus : dapat melunak dan menjadi ulkus
Guma : nodus tidak nyeri yang melunak menjadi ulkus yang curam hingga ke tulang atau sendi, menyebabkan ankilosis dan feormitas. Biasanya terjadi pada area tungkai.
Tulang : periostitis dan osteitis pada tibia, ulna, metatarsal serta metacarpal. Dapat pula terjadi fraktur spontan
Gangosa : mutilasi fosa nasalis, palatum mole sehingga terbentuk lubang dan suara menjadi sengau
Goundou : eksositosis tulang hidung dan sekitarnya
                Diagnosis ditegakan berdasarkan pemeriksaan klinis dan serologi sifilis. Pemeriksaan dark field microscopy pada awal lesi dapat membantu diagnosis, tetapi tidak dapat membedakan frambusia dengan sifilis. Tes serologi dilakukan dengan menggunakan rapid plasma reagent (RPR) VDRL. Fluorescent treponema andibodies  (TPHA) Pemeriksaan histopatologi menunjukan gambaran akantosis, papilomatosis, edem epidermal dan mikroabses intraepidermal dengan neutrofil. Pada dermis tampak infiltrate padat yang terdiri atas sel plasma, limfosit, histiosit, neutrofil, eosinofil, dan proliferasi endotel.
                Tatalaksana antibioltik lini pertama adalah Benzatin Benzain penisilin : dosis untuk dewasa adalah 1,2 juta unit dosis tunggal, diberikan secara intramuscular. Dosis untuk anak di bawah usia 12 tahun adalah 0,6 juta unit dosis tunggal, diberkan secara intramuscular . pada pasien anak yang alergi penisilin dapat diberikan eritromisin oral 8-10 mg/KgBB setiap 6 jam selama 15 hari.
Azitromisin oral 30 mg/kgBB (maksimal 2g) dosis tinggal sama efektifnya dengan pemberian penisilin intramuscular.
Alternative doksisiklin oral 100 mg 2kali/hari selama 15 hari, atau menggunakan tetrasiklin oral 500 mg 4 kali/ hari selama 15 hari.
Untuk mencapai eradikasi Frambusia Tahun 2019, maka Subdit P2 Frambusia Kemenkes RI melaksanakan kegiatan pertemuan Orientasi Survei Serologi Frambusia dan POPM Frambusia untuk 33 Puskesmas dan 65 Pustu di Aula Pertemuan Dinas Kesehatan Kabupaten Yahukimo Tahun 2018.
Pada kegiatan ini hadir dr.Diana dan Ibu Juhria perwakilan di kemenkes dan dinkes provinsi menyampaikan materi dan pelatihan teknis kepada para peserta.
Diharapkan melalui kegiatan ini, Kepala Puskesmas dan Kepala Pustu dapat melaksanakan program ICF, SSF dan POPM Frambusia untuk menekan angka penularan guna mencapai program eradikasi Frambusia di Kabupaten Yahukimo pada Tahun 2019.
Berikut dokumentasi kegiatan ini:



Sumber: Admin

Komentar